31 Mei 2009

Akhirat Vs Dunia


Kehidupan di dunia adalah merupakan sebuah fase yang sementara. Di dalamnya penuh dengan kebohongan-kebohongan yang bisa jadi kita melihatnya sebagai suatu keindahan, padahal itu adalah merupakan sebuah keburukan yang hina. Banyak aspek memang, yang menjadikan manusia lupa akan sebuah hakikat dari kehidupan itu sendiri. Harta, wanita, tahta semuanya dapat mengalihkan manusia dari tujuan mengapa manusia diciptakan di dunia ini. Manusia diciptakan kemudian oleh Rabb-nya hanyalah semata-mata ditugasi untuk kemudian beribadah kepada-Nya dan senantiasa bersyukur atas karunia yang Allah berikan pada kita semua. Dan tidak ketinggalan untuk mengampu amanah sebagai khalifatul fil ardh. Sebagai khalifah di muka bumi yang diserahi berbagai macam pembebanan tugas yang pada hakikatnya juga pembebanan itu bukan karena Allah benci kepada kita, tapi merupakan sebuah representasi kesayangan Allah pada kita dalam mengetahui sejauh apa manusia ciptaan Sang Khalik itu mampu dan siap untuk kemudian menerima amanah-amanah yang akan diampunya dan pada puncaknya akan diketahui pada diri masing-masing orang itu tingkatan keimanan yang seharusnya menjadi sebuah pondasi awal dalam beragama.

Tidak jarang manusia yang melalaikan itu semua untuk kemudian hanya memperturutkan hawa nafsunya semata. Memperturutkan syahwat yang menggebu diatas segalanya. Menjadikan manusia lebih rendah daripada hewan. Sudah sama-sama kita ketahui bersama bahwasannya perbedaan hakiki kita sebagai makhluk Allah yang paling sempurna memiliki keunggulan dalam bidang akal dibanding dengan makhluk-makhluk lain, dalam konteks ini adalah hewan. Akal diibaratkan sebagai filter, filter yang kemudian akan memilah-milih mana kemudian yang sesuai dengan nilai-nilai yang sebelumnya sudah ada pada diri kita apakah kemudian senarai ataukah tidak. Nah, ketika akal itu tidak digunakan dengan sebaik-baiknya maka hal yang terjadi selanjutnya adalah saat logika keita sendiri bermain dan menyadari bahwasanya kita pada saat tidak menggunakan akal kita untuk mengantisipasi masalah “keluberan “ syahwat maka kita tidak lebih hina dari pada hewan.

Manusia sebagai organisme yang unik dan komplek, terdiri dari beberapa unsur penyusun kehidupan yang luar biasa hebat. Maha suci Allah yang telah menciptakan manusia sebegitu hebatnya. Begitu kompleks, sehingga antara satu unsur penyusun tubuh manusia dengan unsur lainnya saling berkaitan dan saling melengkapi. Misalkan emosi atau kondisi ruhiah seseorang yang tidak ada sangkut pautnya dengan anggota biologis penyusun tubuh manusia, akan kemudian mempengaruhi kerja-kerja sel kita sebagai struktur terkecil dalam tubuh manusia pun ikut tidak maksimal. Nah inilah mengapa dibutuhkan apa yang namanya keseimbangan dalam mengelola kehidupan itu sendiri. Rasulullah sebenarnya telah mencotohkan untuk memperhatikan kondisi keseluruhan aspek yang ada pada diri manusia itu sendiri sehingga dibutuhkan apa yang dinamakan dengan tarbiyah di setiap aspek tersebut. Agar apa, agar kemudian output yang dihasilkan dari proses tarbiyah tersebut tidak lagi orang-orang yang kesulitan dalam mengelola hawa nafsunya. Orang dengan Tarbiyah Dzatiyah yang baik akan kemudian dapat meng-alarm-kan diri nya sendiri. Ketika sedikit saja melewati batas-batas yang telah ditentukan sebelumnya maka akan ada peringatan yang secara tidak sadar kita rasakan untuk selanjutnya menghindari hal tersebut.

Sebuah korelasi yang positif ketika selanjutnya pembinaan dalam diri sudah baik, terkontrol dan seimbang maka akan didaptkan individu-individu pilihan yang penuh dengan motivasi-motivasi pencerahan untuk melakukan hal-hal yang terbaik di setiap waktunya. Tidak kemudian terlena akan waktu luang yang tersedia. Tidak juga mengeluh atas kencangnya waktu berputar. Yang ada hanyalah, bagaimana memaksimalkan potensi yang ada untuk selanjutnya dapat bergerak secara maksimal. Menghasilkan lompatan-lompatan prestasi dalam diri dalam rangka mengumpulkan bekal pahala kita untuk kemudian dapat ditukarkan dengan kenikmatan yang Allah sediakan di akhirat sana.

Kenikmatan di akhirat itu adalah sesuatu yang abadi, tidak dapat disandingkan dengan kenikmatan dunia belaka. Kenikmatan di syurga adalah sesuatu yang istimewa dengan ditemani oleh para bidadari-bidadari sebaya bermata jeli yang luar biasa menggoda,yang tidak dapat tergantikan oleh kecantikan wanita tercantik di dunia sekalipun. Kenikmatan yang membuat manusia betah. Betah untuk berlama-lama menetap. Dan kenikmatan yang membuat hati ini terasa menggebu-gebu untuk mencapai kenikmatan itu. Semoga yang menulis juga dibukakan pintu hatinya untuk kemudian dapat berkontemplasi akan apa yang telah dilakukannya. Aku yang hina meminta ampun kepada Allah akan segala kesalahan

Tidak ada komentar: